“Kita semua sedang sekolah,” kata saya ke salah satu anak beberapa waktu yang lalu, “sabar, yaaa….”

Kesabaran yang saya maksudkan bukan tentang sulitnya sekolah, pelajaran, materi, ujian, dan apa pun itu, tapi … tentang keberadaan. Kondisi sekarang enggak ideal, anak-anak enggak lagi sama orang tua mereka dan itu karena urusan administrasi (visa, asuransi, dan lainnya) dan di luar rasa sedih enggak tinggal bareng, ada satu hal yang saya syukuri dari ini semua; kita semua sedang sekolah. Saya, Tuan Sinung, dan anak-anak.

Kita semua sedang ada di keadaan yang sama dan tujuannya sama; untuk bisa menyokong diri sendiri di masa depan.

Saya enggak memegang kepercayaan bahwa sekolah dan gelar itu buat kebanggaan. Saya maunya–dan ini yang saya ajarkan ke anak-anak–sekolah dan gelar itu dipakai untuk legitimasi keahlian. Selain gelarnya, keahliannya harus ada. Perkara gelar dan keahlian ini nanti bisa jadi enggak sejalan, … hmmm, sebaiknya jangan, sih, ya. 😁🙄😶

Saya kepengen anak-anak saya yang cewek enggak hanya punya cita-cita dinikahi seseorang nantinya, tapi juga punya rencana hidup ke depannya. Setidaknya, mereka mampu menafkahi diri sendiri sebelum dinafkahi orang lain. Buat yang cowok, saya pengen dia kuat dan bisa bertanggung-jawab sama keluarga dia nanti.

Hidup keras. Kita enggak bisa lemah dan berharap ditolong orang lain sebelum menolong diri sendiri. Dan, pertolongan itu ada di tempat-tempat di mana kita bisa dihargai. Penghargaan bisa datang dari seberapa baik kita membawa diri (attitute) dan seberapa ahli kita di bidang tertentu (aptitude).

Mungkin rumusnya bisa begini:

Attitude + Aptitude = Altitude

Enggak ada yang lebih menyedihkan dibanding manusia yang gagal menjadi manusia. Walaupun definisi ‘manusia’ dan ‘menjadi manusia’ ini musti ditelaah lagi, sih. Tapi intinya, in a nutshell, alias penyederhadaan berlebihan (over-simplification) bisa ditulis seperti ini; manusia yang gagal menjadi manusia adalah yang enggak berhasil buat memaksimalkan banyak hal yang dikasih Allah sama dia dan malah memakai cara curang untuk hidup. Cara curang ini termasuk menipu, memanipulasi, dan mengelabui orang demi mendapatkan apa yang dia mau.

Saya enggak mau anak-anak saya jadi begitu nantinya….

Hari ini saya UAS hari pertama dari dua hari, satu lagi Sabtu besok (yang mungkin akan saya kerjakan dari inkubator). Awalnya, saya udah menyerah untuk ikut UAS karena enggak bisa pindah tempat ujian ke sini, Sydney. Trus Si Tuan berusaha mencarikan cara lain. Ketemu lah itu cara ujian dengan remote proctoring (ujian online dengan pengawasan jarak jauh). Saya akhirnya bisa ikut itu tiga hari sebelum jadwal ujian dilangsungkan. Si Tuan ini pengen banget saya kelar S1 karena menurut dia, saya seharusnya jadi doktor juga, sama kayak dia. Biar pas acara lamaran anak, enak jelasinnya, “Ini papanya, doktor. Ini ibunya doktor. Ini kakaknya lagi post-grad di sini, adiknya lagi kuliah di situ.”

Saya menghadiri lamaran seperti ini beberapa waktu lalu di keluarga Si Tuan dan jadi kepengen. Saya pengen anak-anak saya bangga sama saya. Kalo buat Si Tuan, kan, dia perlu kuliah buat karir dan karir itu buat menghidupi kami semua. Saya enggak ada tuntutan menghidupi keluarga tapi … yah, apa pun bisa terjadi. Di atas itu semua, saya cuma pengen anak-anak saya ngeliat kalo orangtuanya ngeributin jurnal, bahas teori, atau yang sejenis itu. Bukan ngobrolin tetangga. Biar mereka juga biasa dengan itu…. 😁😁😁

Sisanya … saya pengen hidup yang hidup. Jadi manusia yang hidup.

Udah.

Kemarin malam, sebelum tidur, saya nanya sama Si Tuan, “Kenapa lo nikah sama gue? Lo bisa nikahin siapa aja yang lo mau dengan latar belakang keluarga lo, kapasitas otak, dan kebaikan sikap dan sifat lo itu.”

Jawabannya, “If you could see you like I see you.”

“Gue seperti apa?”

“Amazing.”

“Really?”

“Kalo bisa nikah lagi, gue nikahin lo lagi. Jadi kelarin sekolah. Tidur. Besok UAS.”

***

Visited 27 times, 1 visit(s) today

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.