Iya … Octa yang ini. Octa yang photo session di bawah pentil pepaya~

Jadi, salah satu pelajaran yang saya dapatkan di MQI (MacQuarie Incubator) adalah … how to pitch. Yang mana sebenernya saya capek, ya, nge-pitch melulu. Namun, kemampuan untuk bikin pitch deck dan nge-pitch itu adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh founders. Kemampuan itu akan jadi dasar komunikasi kamu dengan orang di luar startup kamu. Enggak musti investor. Bahkan di party yang kamu ketemu founders lain, kalo kamu bisa nge-pitch, kamu akan bisa memulai obrolan santai dengan mereka.

Fungsi pitch deck dan nge-pitch itu adalah: Gimana caranya menyampaikan apa yang kamu kerjakan, visi dan misi kamu, dengan bahasa sangat sederhana.

Saya mau ngajarin, nih. Karena … kabarnyaaa … kalo mau cepet bisa, kamu musti ngajarin orang. Hahahaaa~

Kita mulai dari mana dulu ini.

Oh, okay: Definisi.

Definisi

Pitch deck adalah presentasi ringkas yang dibuat untuk menjelaskan ide, produk, atau proyek, biasanya kepada calon investor, mitra, atau lembaga pendanaan.

‘Nge-pitch‘ (dari kata to pitch dalam bahasa Inggris) artinya menyampaikan ide dengan tujuan meyakinkan orang lain, biasanya dalam waktu singkat dan dengan gaya persuasif.

Contohnya:

  • Kamu ‘nge-pitch‘ ke investor → supaya mereka mau danain proyekmu.
  • Kamu ‘nge-pitch‘ ke juri lomba startup → supaya mereka pilih idemu.
  • Kamu ‘nge-pitch‘ ke partner atau universitas → supaya mereka ikut kolaborasi.

Intinya, ‘nge-pitch‘ = presentasi singkat untuk menjual ide.
Bukan dalam arti jual barang, tetapi ‘menjual’ visi dan potensi dari ide kamu, menunjukkan masalah yang nyata, solusi yang keren, dan alasan kenapa kamu orang yang tepat buat jalaninnya.

Idealnya, nge-pitch itu 3 menit aja kayak durasi bikin Indomie~

Struktur Pitch Deck

Strukturnya kayak gini dan saya biasanya bikin di Canva:

  1. Problem. Menjelaskan masalah nyata di pasar.
  2. Solution/Product. Menawarkan solusi dan menjelaskan produk.
  3. Vision & Mission. Menyampaikan arah dan cita-cita jangka panjang.
  4. Market Opportunity/Why Now. Data tentang ukuran pasar dan timing.
  5. Product Demo/Highlights. Fitur-fitur utama atau contoh visual produk.
  6. Business Model. Bagaimana proyek menghasilkan uang.
  7. Roadmap. Tahapan pengembangan (MVP, beta, launch).
  8. Team. Siapa yang membangun proyeknya.
  9. Funding Ask. Jumlah dana yang dibutuhkan dan untuk apa.

Yang di atas itu bisa dicatat, trus saya bakalan ngejelasin satu-satu.

Pitch Deck Poddium sebagai Contoh~

Pitch deck Poddium ini saya buat dengan urusan three acts structure–yah, gimana … jiwa penulis saya bergejolak. 😀

Jadi strukturnya enggak kayak yang di atas itu. Saya mulai dengan status quo, lanjut ke key turning point (masalah), trus ke middle (bacot-bacot tentang apa yang akan dilakukan), trus ending-nya adalah ngajak ngobrol.

ACT 1: Status Quo sampai Turning Point

Halaman 1: Judul.

Di sini udah harus ada penjelasan kamu itu apaan.

Halaman 2: Founders

Saya mau memperkenalkan karakter di cerita setarap sarap ini.

Halaman 3-4: Achievements

Alias … bahas-bahas masa lalu dan kesaktian founders. Ciyeeeh~

Maksud dari ngeliatin achievements ini adalah untuk ngasih tahu kalo kamu punya portofolio yang relevan dan kemampuan yang baik untuk ngebikin bisnis ini.

Halaman 5: Journey (Turning Point)

Saya tambahkan halaman ini untuk ngeliatin bahwa founders yang sakti itu udah jalan jauh dan frustasi karena mereka nemuin banyak masalah. Masalah saya tuliskan (intinya aja) trus saya simpulkan. Kesimpulannya di bawah; ini masalah sistemik.

Karakter dan masalah udah diceritain, saatnya … masuk ke middle act.

ACT 2: Middle

Halaman 6: Rencana solutif (atau tentang apa yang akan kamu lakukan).

Kan, kamu sakti, nih, harusnya tahu, dong … solusi dari masalah yang kamu hadapi. Saya tulis plan saya untuk ngadepin masalah ini.

Halaman 7: Time and Place

Di halaman ini, saya ngasih konteks waktu kenapa harus dikerjakan sekarang–kenapa enggak ntar aja tahun depan, gitu, misalnya. Di sini saya masukin data karena bisnis bukan cuma tentang mau ngerjain apa, tetapi juga kapan dan di mana. Waktu dan tempat musti tepat.

Halaman 8: Visi

Saya taroh setelah konteks dan data tempat dan waktu karena saya mau nge-bridging ke progress apa-apa aja yang udah dan sedang dilakukan. Soalnya, kalo kamu punya ide doang, susaaah…. Kamu musti mulai jalan dan ngerjain ide kamu. Jadi siapa pun yang mau kerja sama dengan kamu akan paham bahwa kamu enggak duduk diem doang nungguin mereka, kamu udah mulai dan sedang bekerja.

Halaman 9-10: Ekosistem

Di sini saya ngejelasin bahwa selain saya tahu apa yang sedang sedang saya kerjakan, saya juga paham gimana secara sistemik ngerjainnya. Saya kasih gambaran ekosistemnya. Jadi, siapa pun yang tertarik kerja sama dengan saya akan paham bahwa mereka bisa memilih masuk ke satu lini aja dari ekosistem end-to-end yang saya bikin. Gitu~

Trus saya jelasin gimana cara kerja ekosistem ini:

Halaman 11-14: Progress

Di empat halaman ini, saya ngejelasin apa yang sudah, sedang, dan akan dibuat. Kalo di deck kamu yang seperti ini bisa diganti dengan timeline perencanaan kerja yang relevan aja.

Halaman 15: Ngeduitinnya Gimana?

Kalo di pitch deck singkat begini, kamu enggak perlu masukin detail projection plan kamu. Cukup ditulis singkat aja. Kalo udah ketemu calon rekanan, investor, dan sejenisnya yang beneran perlu tahu, baru, deh, kamu bisa keluarin itu projection plan. Biasanya saya bikin sampai lima tahun ke depan.

ACT 3: Closing

Di penutup, saya akan bilang apa yang saya perlu.

Saya tulis kalo saya akan keep one hundred on the land, sea, and sky. Mengutip Taylor Swift, Fate of Ophelia. Sekaligus buat ngeliatin kalo saya paham Shakespeare dan saya lucuuuk … gitu~

Saya ngajak siapa aja yang mau invest, mentor, atau pengen ngobrol aja buat menghubungi saya. Jadi saya akan terbebas dari Fate of Ophelia.

(Kalo kamu tahu cerita Ophelia dan lagu Taylor Swift, serius, ini lucuuuk~)

Gitu doang pitch deck-nya.

Setelah itu, saya musti presentasiin maksimal tiga menit. Ketika tulisan ini dibuat, saya baru aja kelar ngerekam presentasinya.

Jadi, kalo kamu mau bisnis, mau bikin deck, itu enggak susah. Deck ini akan susah hanya kalo kamu enggak tahu dengan baik apa yang akan kamu lakukan. Gitu, sih.

Kalo mau nanya-nanya, silakan, yaaa….

Saya mau makan dulu. Bai~

Visited 35 times, 1 visit(s) today

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.